2.1 Bangunan
ukur cipoletti
1.
Debit Air dan Pengukuran Debit
A. Debit
Air
Debit adalah suatu koefisien yang menyatakan
banyaknya air yang mengalir dari suatu sumber persatu-satuan waktu, biasanya
diukur dalam satuan liter/ detik. Pengukuran debit dapat dilakukan dengan
berbagai cara, antara lain:
a. Pengukuran
debit dengan bendung
b. Pengukuran
debit berdasarkan kerapatan lautan obat
c. Pengukuran
kecepatan aliran dan luas penampang melintang, dalam hal ini untuk mengukur
kecepatan arus digunakan pelampung atau pengukur arus dengan kincir
d. Pengukuran
dengan menggunakan alat-alat tertentu seperti pengukur arus magnetis, pengukur
arus gelombang supersonis.
Untuk
memenuhi kebutuhan air pengairan irigasi bagi lahan-lahan pertanian, debit air
di daerah bendung harus lebih cukup untuk disalurkan ke saluran-saluran
(induk-sekunder-tersier) yang telah disiapkan di lahan-lahan pertanaman. Agar
penyaluran air pengairan ke suatu areal lahan pertanaman dapat diatur dengan
sebaik-baiknya (dalam arti tidak berlebihan atau agar dapat dimanfaatkan
seefisien mungkin, dengan mengingat kepentingan
areal lahan pertanaman lainnya) maka dalam pelaksanaanya perlu dilakukan
pengukuran-pengukuran debit air. Dengan distribusi yang terkendali, dengan
bantuan pengukuran-pengukuran tersebut, maka masalah kebutuhan air pengairan
selalu dapat diatasi tanpa menimbulkan gejolak dimasyarakat petani pemakai air
pengairan.
B. Pengukuran
Debit
Secara umum
pengukuran debit dipermukaan bebas dilakukan untuk mengetahui berapa debit
aktual yang ada untuk pemanfaatan atau pengendalian aliran suatu badan air.
Pengukuran debit umumnya dilakukan pada waktu-waktu tertentu dan sering kali
berkaitan dengan usaha untuk mendapatkan rating curve. Semakin banyak
pengukuran dilakukan akan semakin teliti analisa data. Untuk menentukan jumlah
pengukuran yang dilakukan tergantung kepada :
a. Tujuan
pengukuran
b. Kepekaan
aliran permukaaan bebas
c. Ketelitian
yang ingin dicapai
Terdapatduametodapengukurandebitaliranpermukaan bebas,
yaitu :
a.
Pengukurantidaklangsung
1)
Pelampung
2)
PengukurandenganCurrent
Meter
3)
MenggunakanPersamaanManning
b.
Pengukuranlangsung
1)
AlatUkurPintuRomjin
2)
SekatUkur
Thompson
3)
AlatUkurParshallFlume
4)
AlatUkurCipoletti
2. Bangunan
Ukur
Dalam
jaringan irigasi teknis, banyaknya debit air yang mengalir ke dalam saluran
harus dapat diukur dengan seksama agar pembagian air dapat dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya. Untuk itu diperlukan suatu bangunan yang fungsinya untuk mengukur
debit air pada saluran irigasi yang disebut banguan ukur debit.
Bangunan
ukur biasanya difungsikan pula sebagai bangunan pengontrol. Hal ini dimaksudkan
untuk mendapatkan taraf muka air yang direncanakan dan untuk mengalirkan debit
aliran air tertentu. Bangunan ukur debit yang biasa digunakan pada umumnya
merupakan suatu pelimpah dengan ambang lebar atau ambang tajam.
Pengaliran
pada bangunan pengontrol dilakukan dengan cara melalui atas bangunan (melimpah/
overflow) atau melalui bawah pintu/ celah. Kondisi hidraulik ini dimanfaatkan
dalam desain dan perancangan pintu-pintu air, yang semuanya didasarkan pada
sifat aliran sempurna. Jika ternyata aliran yang terjadi bukan aliran sempurna,
maka dalam aplikasinya pintu-pintu tersebut diberi tabel-tabel koreksinya.
Pada
jaringan irigasi bangunan ukur ini dipasang pada setiap pangkal saluran tersier
dihilir pintu sadap. Pada bangunan bagi, dimana dihilir bangunan terdapat lebih
dari satu saluran sekunder atau primer, hanya satu saluran yang tidak dilengkapi
dengan bangunan ukur. Selebihnya dipasang bangunan ukur pada saluran sekunder.
Bagian bangunan ukur yang berfungsi untuk mengukur debit adalah pintu ukur.
3. Alat
Ukur Cipoletti
Salah satu alat ukur yang banyak
digunakan pada bangunan pengukur debit adalah alat ukur cipoletti. Pintu ukur Cipoletti dibuat berdasar prinsip aliran
melimpah sempurna lewat ambang tajam, yaitu peluap yang memiliki tebal t < 0,5 H (di mana H merupakan tinggi peluapan) yang muka
air hilirnya di bawah puncak peluap atau pintu air. Alat ukur debit ini
digunakan untuk mengukur debit saluran yang tidak begitu besar, dan biasa
dipakai pada saluran terti-air (saluran yang langsung ke sawah).
Alat ukur cipoletti
dibuat dari pasangan batu atau beton sedangkan mercunya dibuat dari besi siku.
Untuk mencegah kerusakan akibat air yang melimpah, di bagian hilir pintu ukur
ini dibuat kolam olakan, yaitu suatu
konstruksi yang berfungsi sebagai peredam energi yang terkandung dalam aliran
dengan memanfaatkan loncatan hidraulis dari suatu aliran yang berkecepatan
tinggi dan
sebelah hulunya juga diberi pasangan batu.
Karena bangunan ukur
ini tidak bergerak, maka di bagian bawah ambang biasanya dipasang lubang yang
dapat disumbat untuk mencegah terjadinya endapan lumpur dibagian hulu pintu,
yang apabila diperlukan untuk menguras endapan, sumbat tersebut dibuka.
2.2 Bentuk dan Ukuran Bangunan Ukur Cipoletti
1.
Bentuk alat ukur cipoletti
Alat ukur cipoletti juga merupakan
penyempurnaan alat ukur ambang tajam yang dikontraksi sepenuhnya. Alat ukur
cipoletti mempunyai potongan pengontrol berbentuk trapesium, mercunya
horizontal dan sisi-sisinya miring kesamping seperti yang diperlihatkan pada
gambar 1.
Pintu ini dibuat dari
pasangan batu atau beton sedangkan mercunya dibuat dari besi siku.Untuk
mencegah kerusakan akibat air yang melimpah, di bagiab hilir pintu ukur ini
dibuatkolam olakan dan sebelah hulunya juga diberi pasangan batu.
Karena bangunan ukur
ini tidak bergerak, maka untuk mencegah terjadinya endapan lumpurdibagian hulu
pintu, maka di bagian bawah ambang sebaiknya dipasang lubang yang
dapatdisumbat, yang apabila diperlukan untuk menguras endapan, sumbat tersebut
dibuka.
2. Ukuran
alat ukur cipoletti
Alat ukur cipoletti memiliki
penampang berbentuk trapesium dengan ukuran seperti yang dijelaskan pada gambar
di bawah ini.
Gambar
1
Pintu ukur Cipoletti dibuat
berdasar prinsip aliran melimpah sempurna lewat ambang tajam. Beberapa syarat
khusus yang harus dipenuhi dalam pembuatan pintu Cipoletti ini :
1.
Air diudik ambang harus
mengalir tenang, agartinggi muka air dapat dibaca seksama pada papanduga yang
dipasang dimuka tembok sekat sebelahudik.Untuk ini ambang poelimpahharus
dipasang cukup jauh dari pintusadap saluran, yaitu 12 sampai 30meter. Untuk
lebih menenangkan
mengalirnya air di sebelah huluambang, maka lebar saluranhendaknya diambil lebih lebar darisemestinya. Tetapi akanmengakibatkan terjadinya lebihbanyak pengendapan dihulu bangunan.
mengalirnya air di sebelah huluambang, maka lebar saluranhendaknya diambil lebih lebar darisemestinya. Tetapi akanmengakibatkan terjadinya lebihbanyak pengendapan dihulu bangunan.
2.
Tinggi ambang sebelah hulu
diukurdari dasar saluran sebelah hulu harus
diambil minimal 3 kali tinggi mukaair diatas ambang, sedangkan jarak antara pinggir lubang dengan didnding saluran harus diambil paling sedikit sama dengandua kali tinggi air diatas ambang.. Pada debit kecil,tinggi air diatas ambang paling sedikit 5 - 6 cm dan letak muka air dihilir ambang paling sedikit 2,5 cm lebih rendah dari mercuambang.
diambil minimal 3 kali tinggi mukaair diatas ambang, sedangkan jarak antara pinggir lubang dengan didnding saluran harus diambil paling sedikit sama dengandua kali tinggi air diatas ambang.. Pada debit kecil,tinggi air diatas ambang paling sedikit 5 - 6 cm dan letak muka air dihilir ambang paling sedikit 2,5 cm lebih rendah dari mercuambang.
2.4
Gambar Potongan Melintang dan Memanjang
1. Gambar
Potongan Melintang
2. Gambar
Potongan Memanjang
|
|
Prinsip kerja bangunan ukur Cipoletti di
saluran terbuka adalah menciptakan aliran kritis. Pada aliran kritis, energi
spesifik pada nilai minimum sehingga ada hubungan tunggal antara head dengan
debit. Dengan kata lain Q hanya merupakan fungsi H saja.
Alat ukur cipoletti memiliki bentuk
peluap trapesium yang merupakan gabungan dari peluap segi empat dan dua peluap
segi tiga seperti ditunjukkan pada gambar 2. Dengan demikian debit aliran
melalui alat ukur cipoletti adalah
jumlah dari debit melalui peluap segi empat dan segi tiga
Rumusumum yang menghubungkanketinggianmuka air ( h ) dan
debit (Q) untukalatukurambangCipolettiadalahsebagaiberikut :
Keteranganrumus:
Q = debit
air (m3/det)
Cd1 = koefisien debit
bagian segi empat
Cd2 = koefisien debit
bagian segi empat
b =
lebarambang (m)
H = tinggipeluapan (m)
g = gaya gravitasi (m/s2)
Aliran airpermukaan bebas terjadikontraksialiran di
mukaambangtajamsehingga Cd = 0,63 makapersamaanalatukurCipolettimenjadi:
2.6
Penempatan yang Cocok
Alat
ukur cipoletti cocok di tempatkan di tempat-tempat dengan keadaan sebagai
berikut:
a.
Pada konstuksi
bangunan air sederhana sehingga dapat dibuat dari bahan-bahan lokal seperti
kayu, plat besi dan sebagainya.
b.
Pada
tempat-tempat dengan debit air saluran yang berukuran kecil, misalnya saluran
sekunder dan tersier.
c.
Bila diperlukan
dibuat dalam bentuk yang dipindah-pindahkan. Sangat cocok untuk areal
perkebunan tebu yang sering pindah-pindah lokasi atau untuk keperluan
penelitian efisiensi irigasi dan kebutuhan air tanaman.
d.
Agar dapat
berfungsi dengan baik, ditempatkan pada aliran dengan kemiringan yang cukup dan
tidak cocok dipakai diareal irigasi yang datar.
2.7 Karakteristik alat ukur cipoletti
A. Pengukuran
dengan Cipoletti
1. Alat
yang Diperlukan
a. Sekat
Trapesoidal dimana sisi-sisi dalam sekat itu meruncing, dibuat dari pelat
logam, (baja, alumunium dan lain-lain dari kayu lapis. Sekat ini tetap dipasang
pada lokasi pengukuran atau hanya sementara waktu.
b. Penggaris,
tongkat ukur atau pita ukur.
B.
Cara Pengukuran
1.
Tempatkan sekat pada aliran (sungai kecil, pelimpahan
mata air, dinding pelimpah dan sebagainya) yang akan diukur, pada posisi yang
baik sehingga sekat betul-betul mendatar atau “h” pada kedua sisinya adalah
sama;
2.
Ukur “h” dengan penggaris, tongkat uku atau pita ukur.
3.
Perhitungan Debit
C.
Keadaan untuk pengukuran
1.
Aliran di hulu dan di hilir sekitar harus tenang
2.
Aliran hanya melalui sekat, tidak ada kebocoran pada
bagian atas atau samping sekat.
3.
Air harus mengalir bebas dari sekat, tidak menempel
pada sekat.
Gambar Sekat Cipoletti
E.
Beberapa pertimbangan dalam pengukuran
debit dengan cipoletti
1. Head
(beda elevasi pada ambang dengan muka air di hulu) tidak lebih kecil dari 6 cm
dan tidak lebih besar dari 60 cm untuk debit aliran yang dirancang.
2. Untuk
weir berbentuk segi-empat dan trapesium, “head” tidak melebihi 1/3 dari panjang
weir atau lebar ambang (H max ≤ 1/3 L).
3. Lebar ambang
weir harus dipilih
sedemikian rupa sehingga
head untuk debit rencana mendekati “head maksimum” dengan memperhatikan
persyaratan (a) dan (b).
4. Elevasi ambang
(crest) harus dipasang
cukup tinggi sehingga
air melimpah melaluinya dan jatuh bebas
(free flow), dengan
ruang udara di bawah dan di sekitar terjunan air (“nappe”).
F.
Alat ukur
Cipoletti ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a.
Konstuksi
sederhana sehingga dapat dibuat dari bahan-bahan lokal seperti kayu, plat besi
dan sebagainya.
b.
Dapat digunakan
untuk mengukur debit air pada saluran yang berukuran kecil, misalnya saluran
sekunder dan tersier.
c.
Bila diperlukan
dibuat dalam bentuk yang dipindah-pindahkan. Sangat cocok untuk areal
perkebunan tebu yang sering pindah-pindah lokasi atau untuk keperluan
penelitian efisiensi irigasi dan kebutuhan air tanaman.
d.
Agar dapat
berfungsi dengan baik, diperlukan kemiringan aliran air yang cukup dan tidak
cocok dipakai diareal irigasi yang datar.
e.
Di muka ambang,
mudah terjadi pengendapan lumpur yang dapat mempengaruhi hasil pengukuran debit
dan perlu pemeliharaan yang teratur.
G.
Kelebihan dan Kekurangan Cipoletti
1. Kelebihan
alat ukur cipoletti
a. Sederhana
dan mudah dibuat.
b. Biaya
pelaksanaannya tidak mahal.
2. Kelemahan
alat ukur cipoletti
a. Terjadi
sedimentasi dihulu bangunan .
b. Pengukuran
debit tidak bisa dilakukan jika muka air hilir naik diatas elevasi ambang bangunan ukur.
3. Fungsi
alat ukur cipoletti
Alat
ukur cipoletti yang sering dipakai sebagai bangunan sadap tersier, tetapi
pemakaian alat ukur ini tidak lagi dianjurkan, kecuali dilingkungan
labortorium.
4. Kegiatan
pemeliharaan bangunan ukur supaya bekerja secara baik meliputi kegiatan
a. Memelihara
kolam tenang (pool) bebas dari endapan, sampah dan gulma air
b. Mencegah bocoran
melalui weir
c. Pengecekan elevasi
titik nol tiang
ukur (peilschaal).
d. Pengecekan
kondisi ambang dan perbaikan apabila
diperlukan.